Penulis: Kristo Dhuka .DC
Laporan WHO (2023) menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular tetap menjadi penyebab utama kematian dengan kontribusi 32% dari total kematian dunia, sementara gangguan kesehatan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi meningkat. Realitas ini menuntut hadirnya strategi baru dalam menjaga kesehatan, tidak hanya mengandalkan farmakoterapi tetapi juga intervensi non-farmakologis yang menyentuh dimensi fisiologis, psikologis, dan sosial.
Olah napas ( breathing workout ) merupakan salah satu strategi yang telah terbukti secara ilmiah mendukung pemulihan kesehatan. Penelitian Naranjo dkk. (2022) menunjukkan latihan pernapasan mampu menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kapasitas paru. Balban dkk. (2023) bahkan menemukan bahwa teknik cyclic Sighing dapat menurunkan kadar kortisol hingga 20% dalam satu sesi. American Heart Association (2022) menegaskan bahwa latihan pernapasan rutin berkontribusi pada pencegahan penyakit jantung dan paru.
Dalam konteks Indonesia, praktik olah napas sering dianggap sekadar aktivitas alternatif. Namun komunitas DeColores di Kecamatan Ende Tengah menawarkan perspektif berbeda : Olah napas bukan hanya sebagai latihan fisik, melainkan sarana pemulihan psikologis dan penguatan sosial. Identitas DeColores sebagai organisasi independen dan universal menjadikannya wadah yang menghargai keberagaman iman serta keyakinan anggotanya.
Teori Landasan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model biopsikososial (Engel, 1977; McEwen, 2021) yang memandang kesehatan sebagai hasil interaksi faktor biologis, psikologis, dan sosial. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana strategi olah napas dalam organisasi DeColores berperan dalam pemulihan kesehatan psikologis.
Dimensi Fisiologis Olah pernafasan terbukti memberi dampak signifikan pada fungsi. Kardiorespirasi anggota setelah komunitas DeColores melaporkan peningkatan stamina, berkurangnya sesak napas, serta ritme jantung yang lebih stabil rutin melakukan latihan pernapasan. Hal ini sesuai dengan temuan Jayawardena dkk. (2020) yang menunjukkan latihan pernapasan efektif menurunkan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi. Dari sudut pandang fisiologi, efek ini terjadi karena stimulasi sistem saraf parasimpatis yang memicu relaksasi otot polos, menurunkan frekuensi jantung, dan meningkatkan efisiensi penyerapan paru (Russo et al., 2017).
Teori homeostasis (Cannon, 1932; Sterling, 2020) juga menjelaskan bahwa latihan pernapasan membantu tubuh mencapai keseimbangan internal, sehingga mengurangi risiko disfungsi organ akibat stres fisiologis. Dengan demikian, olah napas dapat dipandang sebagai strategi ilmiah yang melengkapi intervensi medis konvensional.
Dimensi Psikologi Selain dampak fisik, olah napas memberikan kontribusi besar pada kesehatan mental. Banyak peserta DeColores merasakan penurunan kecemasan, tidur lebih nyenyak, serta suasana hati lebih stabil
Teori Conservation of Resources ( Hobfoll , 2021) menyatakan bahwa stres muncul ketika individu kehilangan sumber daya psikologis. Olah napas berfungsi sebagai strategi pemulihan energi melalui regulasi emosi dan peningkatan kesadaran diri ( mindfulness ).
Dari perspektif neuropsikologi , latihan pernapasan terbukti mempengaruhi aktivitas amigdala dan korteks prefrontal , dua area otak yang mengatur kecemasan dan mengambil keputusan ( Zaccaro et al., 2021). Hal ini memperkuat klaim bahwa olah napas merupakan intervensi psikologis berbasis bukti (evidence-based).
Dalam kerangka konseling, olah napas dapat diposisikan dalam dua pendekatan :
1. Teknik umum (universal): relaksasi untuk semua konseli tanpa memandang agama atau budaya.
2. Khusus (religious coping): integrasi olah napas dengan doa, meditasi, atau refleksi spiritual sesuai iman konseli ( Pargament , 2021)
Pendekatan ganda ini memungkinkan nasihat tetap ilmiah sekaligus kontekstual. Pemahaman Konselor dan Landasan Teori Konselor memegang peran penting dalam mendampingi proses pemulihan melalui olah pernafasan. American Counseling Association (ACA, 2022) mendefinisikan konseling sebagai hubungan profesional yang memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok untuk mencapai kesehatan mental, kesejahteraan, pendidikan, dan karier. Gibson & Mitchell (2003) tekanan konseling sebagai hubungan bantuan untuk pertumbuhan dan penyesuaian diri, sementara teori kontemporer menambahkan pentingnya praktik berdasarkan bukti dan etika pelayanan (UNNES, 2021).
Di Indonesia, konselor merupakan tenaga profesional dengan kualifikasi akademik (S1 Bimbingan dan Konseling serta PPK) yang berperan memberikan layanan universal sekaligus menghormati keberagaman iman konseli. Landasan teoritis peran konselor dalam penelitian ini didukung oleh Person-Centered Theory (Rogers, 1951; Cooper & McLeod, 2021) yang menekankan empati, penerimaan tanpa syarat, dan keaslian (kongruensi).
Dalam konteks DeColores, konselor tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator psikologis, tetapi juga menjamin inklusivitas dalam keragaman iman.
Dimensi Sosial dan Organisasi Individu kesehatan tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial. DeColores menghadirkan dimensi kolektif dalam praktik olah napas, di mana anggota saling mendukung melalui aktivitas bersama.
Teori sistem sosial Parsons (1951) menjelaskan bahwa organisasi sosial berfungsi menjaga integrasi dan stabilitas masyarakat.
Dalam DeColores, latihan olah napas menjadi sarana membangun solidaritas, dukungan emosional, dan rasa memiliki. Hal ini sejalan dengan teori modal sosial (Putnam, 2000; Coleman, 2021), di mana jaringan sosial meningkatkan kepercayaan, dukungan, dan kohesi. Oleh karena itu, DeColores dapat dipandang sebagai contoh organisasi independen yang mampu menjembatani kesehatan fisik, psikologis, dan sosial secara inklusif.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi olah napas dalam komunitas DeColores di Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat dalam tiga dimensi utama:
1. Fisiologis: meningkatkan kapasitas kardiorespirasi, menstabilkan ritme jantung, dan menurunkan tekanan darah.
2. Psikologis: mengurangi kecemasan, memperbaiki kualitas tidur, dan menyeimbangkan emosi.
3. Sosial: memperkuat solidaritas, kohesi, dan dukungan emosional dalam komunitas.
4. Peran konselor: menjadi fasilitator ilmiah sekaligus mediator inklusif yang menghargai kesetaraan iman konseli.
Dengan demikian, DeColores berhasil menghadirkan model intervensi kesehatan holistik yang ilmiah, inklusif, dan kontekstual . Studi ini membuka peluang penelitian lebih lanjut mengenai model intervensi non-farmakologis berbasis komunitas sebagai jawaban atas tantangan kesehatan global masa kini
Daftar Pustaka
Asosiasi Konseling Amerika. (2022). Definisi konseling. ACA. https://www.konseling.org
Asosiasi Jantung Amerika. (2022). Teknik pernapasan untuk kesehatan jantung dan paru-paru. AHA.
Balban, SAYA, dkk. (2023). Praktik pernapasan meningkatkan stres dan hasil kesehatan mental. Laporan Kedokteran Sel, 4(1), 100892.https://doi.org/10.1016/j.xcrm.2022.100892
Meriam, WB (1932). Kebijaksanaan Tubuh. WW Norton.
Cooper, M., & McLeod, J. (2021). Terapi yang berpusat pada individu: Sebuah filosofi klinis. Routledge.
Engel, GL (1977). Kebutuhan akan model medis baru: Sebuah tantangan bagi biomedis. Sains, 196(4286), 129–136.
Gibson, RL, & Mitchell, MH (2003). Pengantar konseling dan bimbingan (edisi ke-6). Pearson.
Hobfoll, SE (2021). Stres, budaya, dan komunitas: Psikologi dan filsafat stres. Peloncat.
Jayawardena, R., dkk. (2020). Efek latihan pernapasan berbasis yoga terhadap hipertensi. Terapi Komplementer dalam Kedokteran, 52, 102514. https://doi.org/10.1016/j.ctim.2020.102514
Russo, MA, Santarelli, DM, & O'Rourke, D. (2017). Efek fisiologis pernapasan lambat pada manusia sehat. menerjemahkan, 13(4), 298–309. https://doi.org/10.1183/20734735.009817
Sterling, P. (2020). Apa itu kesehatan? Allostasis dan evolusi desain manusia. Menurut Universitas Oxford.
UNNES. (2021). Etika dan profesionalisme konseling. Pers Universitas Negeri Semarang.
SIAPA. (2023). Statistik kesehatan dunia 2023.Organisasi Kesehatan Dunia.
Tulis Komentar