Bergerak Bersama Menyalakan Pelita HarapanOleh: Anselmus DW Atasoge
Bergerak Bersama Menyalakan Pelita Harapan

SIDANG Lintas Perangkat Pastoral XXXVI Keuskupan Agung Ende yang berlangsung di Kemah Tabor, Ende, pada 24–28 November 2025 menjadi momentum penting bagi Gereja lokal untuk menegaskan arah pastoralnya. Sidang ini diawali dengan ibadat bersama dan secara resmi dibuka oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD.

Dalam arahannya, Mgr. Budi menegaskan bahwa Sidang Lintas PP (SLPP) tidak hanya menjadi forum rutin, melainkan sebuah panggilan untuk memperluas pandangan melampaui batas paroki, lembaga, dan komisi, agar Gereja Keuskupan Agung Ende sungguh terhindar dari mentalitas sektoral dan semakin teguh sebagai satu keluarga besar yang berziarah bersama.

Beliau menekankan tiga sikap dasar yang harus menjiwai perjalanan ini: rasa syukur atas iman umat, dedikasi para pelayan pastoral, serta struktur Gereja yang kian tangguh; keterbukaan dan kejujuran dalam menilai, berdiskusi, dan menerima masukan demi menemukan kehendak Tuhan bersama; serta semangat dan harapan yang membakar hati, agar setiap langkah pastoral dijalani bukan sekadar sebagai kewajiban, melainkan sebagai karya penuh dedikasi, kesetiaan, dan kreativitas demi menyalakan pelita harapan di tengah umat.

Mgr. Budi kemudian memaparkan Konteks 2025 yang memberi warna istimewa bagi Sidang Lintas PP tahun ini. Pada tingkat lokal, Gereja diajak menengok kembali sejarah panjang dengan perayaan 110 tahun Paroki Ndona, paroki pertama sejak terbentuknya Perfektur Apostolik Sunda Kecil.

Momentum ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi struktur pastoral yang kini mencakup 68 paroki dan 12 kuasi paroki, sekaligus membuka ruang bagi restrukturisasi.

Beliau mengingatkan bahwa pembangunan gereja dan pastoran mesti dijalankan dengan transparansi, akuntabilitas, serta kepekaan terhadap kondisi ekonomi umat, agar karya fisik sungguh menjadi tanda kesetiaan dan kebersamaan.

Pada tingkat nasional, Gereja Indonesia baru saja merayakan SAGKI V dengan tema Berjalan Bersama, Bergerak Missioner Menyebarkan Damai.

Sidang agung ini menyoroti isu-isu sosial, ekonomi, dan ekologi, mulai dari Papua hingga pemanfaatan geothermal, seraya menegaskan panggilan Gereja untuk semakin sinodal, misioner, dan solider.

Dorongan besar diberikan bagi keterlibatan awam, kaum muda, dan perempuan, agar Gereja sungguh menjadi rumah bersama yang mendengar dan memberi ruang bagi semua suara.

Pada tingkat internasional, tahun ini ditandai oleh perayaan 150 tahun Serikat Sabda Allah (SVD), kongregasi yang telah memberi sumbangan besar bagi perjalanan Gereja di Nusa Tenggara.

Sejak 1926, pendidikan imam dan awam telah melahirkan ribuan pelayan Gereja, namun kini kita juga diingatkan akan tantangan kelanjutan seminari dan lembaga pendidikan calon imam, agar rahim panggilan tetap subur dan berdaya.

Akhirnya, Tahun Yubileum 2025 menjadi mahkota seluruh peristiwa. Gereja mensyukuri 2025 tahun kelahiran Kristus, Sang Sabda yang menjadi manusia, dan kembali diteguhkan bahwa pusat dari segala karya adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya.

Yubileum ini menegaskan spiritualitas peziarahan: bersyukur atas sejarah, belajar darinya, dan melangkah ke depan dengan harapan, agar perjalanan Gereja senantiasa menjadi tanda keselamatan bagi dunia.

Selain itu, Mgr. Budi menekankan perlunya memperhatikan panca pilar gereja sebagai fondasi yang menjiwai seluruh karya pastoral.

Pertama, iman inkarnatif, yakni iman yang membudaya, menyatu dengan kehidupan nyata, dan hadir dalam luka serta harapan dunia. Pemikiran ini sejalan dengan gagasan Karl Rahner yang menekankan bahwa inkarnasi Kristus bukan hanya peristiwa historis, melainkan realitas kosmik yang menyatukan Allah dengan dunia. Rahner menolak iman yang terpisah dari kehidupan sehari-hari; iman harus menjadi kekuatan yang membentuk pola pikir, sikap, dan tindakan.

Kedua, ekonomi etis, yang menolak segala praktik pemiskinan seperti koperasi harian, judi online, dan pesta berlebihan, serta menumbuhkan budaya ekonomi yang adil dan membebaskan.

Pilar ini menemukan pijakan kuat dalam teologi Gustavo Gutiérrez, bapak Teologi Pembebasan, yang menegaskan bahwa iman harus diwujudkan dalam praksis sosial yang membebaskan kaum miskin. Gutiérrez melihat ekonomi etis dan pendidikan sebagai jalan pembebasan, membentuk generasi yang kritis, berdaya, dan beriman.

Ketiga, pendidikan yang terjangkau dan berkualitas, sebagai bentuk evangelisasi paling hakiki, yang membentuk generasi muda berkarakter, berwawasan, dan berdaya guna bagi masyarakat.

Keempat, kerjasama kritis, yang membuka ruang kolaborasi dengan pemerintah, agama lain, LSM, tokoh adat, dan media, demi membangun dunia yang lebih sesuai dengan kehendak Tuhan.

Dan kelima, pertobatan ekologis, yang menuntut aksi nyata melawan kerusakan lingkungan, mempromosikan pertanian organik, serta mengurangi sampah plastik, agar bumi tetap menjadi rumah yang layak bagi semua ciptaan.

Pilar ini ditegaskan kembali oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ dan Laudate Deum, yang menyerukan pertobatan ekologis sebagai jalan perubahan gaya hidup dan solidaritas sosial demi keutuhan ciptaan. Paus Fransiskus juga menekankan sinodalitas sebagai jalan Gereja: saling mendengar, berbicara jujur, dan bergerak bersama dalam misi.

Sidang Lintas Perangkat Pastoral XXXVI di Kemah Tabor sejatinya tidak sebatas peristiwa administratif, melainkan tonggak penting bagi Gereja lokal Ende untuk terus berjalan bersama dalam semangat sinodalitas.

Dengan merujuk pada Paus Fransiskus (pertobatan ekologis dan sinodalitas), Karl Rahner (iman inkarnatif), dan Gustavo Gutiérrez (ekonomi etis dan pendidikan), gagasan-gagasan dalam Sidang Lintas PP semakin kokoh berdiri di atas fondasi teologis yang kuat.

Ketiganya menegaskan bahwa Gereja harus menjadi komunitas iman yang membudaya, solider, misioner, dan ekologis, serta hadir nyata dalam perjuangan umat untuk keadilan, martabat manusia, dan kelestarian ciptaan. Sidang ini, dengan demikian, menjadi tonggak spiritual dan pastoral yang meneguhkan Gereja lokal Ende untuk terus bergerak bersama menyalakan pelita harapan. *

Penulis adalah Staf Pengajar Stipar Ende



Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)